Selasa, 11 Januari 2011

Padang Belantara


Dari kumpulan Puisi : PADANG BELANTARA


Kepada para maling di negeri merdeka
Ketika tanah ini diperingati
Wujudmu belum berubah
Wajahmu masih hitam dan cakrmu
masih kotor atas tangan-tangan
yang mengoyak-ngoyak tanah
merdeka dari bangsamu
Ketika kami menyebut Merdeka
kau masih maling dan kau menyalak
Sekali merdeka tetap maling
dan jadilah kau pahlawan maling
di negeri merdeka.

                                                    



MENGGAPAI BUKIT
               (Kepada Evi)




Terkulai tubuhmu dalam ruang tanpa pintu
Bulan putih adalah lekuk-lekukmu 
yang menggairahkan
Jingga busana terhampar 
pada puing yang kusam

Mataku nanar dalam remang
menatap geliat tanpa bening
tangan merabah ngarai yang lembut
yang dikuasai iblis
dan gunung menjulang dan kaku
anak sungai yang mengalir mengentas
pepohonan yang tumbuh dalam tubuhku
kurasa badai dalam nafas
dan ketika embus yang memanas
aku kehilangan arah dalam jalan tanpa arah
batang yang tumbuh dalam tubuhku menguap
mendekam dalam ngaraiku dan tertancap
lalu tenggelam 
akupun pulas seketika  dan tubuhku
terkulai dalam Surga di tengah padang.




                                                                              Makassar 2002








PADA PERJALANAN  I




Menelusuri mentari hingga ke mata air
dalam rahim kehidupan menyatu dalam badai
hingga tenggelam dalam samudera


Mencari bayang-bayang yang hilang
perjalanan panjang tanpa bintang
bintang yang kekeringan cahaya malam
dan bulan mati mencari cinta dalam prahara


telah tiba kereta senja yang kemalaman 
untuk mengantar tubuhmu yang berlumpur
setelah menggapai bintang yang pudar
jatuh menggenggam mimpi 
untukmenemukan surga diatas
telah kau singgahi bulan mati 
yang kehilangan bintang dan pulas
di ranjang bidadari siang
berpelukan di atas mentari yang sirna


Adakah berita yang kau bawa tentang 
bencana dalam tubuhmu setelah bertualang
setelah bertualang dirongga-rongga 
bebatuang yang tertanam
dan sungai mengalir disekujur tubuhmu
yang telanjang pada pembaringan
dan sungai yang berhenti mengalir
seketika itu mimpi jatuh
dalam tanganmuy ang tergenggam


Lanjutkan perjalananmu
karena tidak ada lagi siang
dan tidak ada lagi malam
karena semua telah menyatu dalam tubuhmu.




                                                                          Makassar, 200








Berhentilah Menangis Indonesiaku
                       (Elegi untuk negriku)


Berhentilah menangis tanah airku
Karena hari-hari telah kujalani
Gemuruh ombak, gemuruh badai, gemuruh gempa
dalam bencana menjadi satu pernyataan
telah menerkam tubuhmu yang indah
dan bersinar dalam mentari dan rembulan






Berhentilah menangis tanah airku Indonesia
karena sukmamu dan tubuhmu telah tercabik-cabik
oleh terpaan cengkeraman dari tangan-tangan
berlumuran dosa, berlumur darah, 
dari wajah-wajah hitam yang merakit maut
untuk bangsanya


Berhentilah menangis Indonesiaku
karena usiamu bertambah senja
dan hartamu dirampok maling 
yang bertambah maling
mereka berlindung dibalik seragam
dan celana-celana dalam para tiran
yang berkuasa
karena dia adalah putra mahkota
tanpa mahkota
yang memeras dan menindas
dan akan dipasungkan mahkota ular oleh
para malaikat penjaga neraka dalam neraka


Jangan meratap negriku Indonesiaku
karena engkau lahir dari rahim bunda pertiwi
dalam tragedi dan prahara kemerdekaan
mesiu dan ledakan dari perang kemerdekaan
yang berhias batu nisan dan keranda yang bertulis
merdeka atau mati 
sebagai harga mati seorang pejuang


Berhentilah menangis Indonesiaku
karena badai telah sirna
begitu indah kuningnya padi,
melambai atas tubuhmu
begitu lembut hijaunya daun
yang menyatu dalam sukma
begitu jernih birunya ombak 
yang bembasahi nusantaramu
karena memang engkau cantik 
dalam mentari
dalam rembulan
dalam siang
dalam malam.