Minggu, 24 Oktober 2010

" KUMPULAN PUISI ILALANG "


Oleh : Muhammad Arman Yunus








     B e n c a n a
   (Elegi Buat Korban Merapi)

Adakah tidurmu hangat dalam mimpi indah
Tentang kamar-kamar istana dalam santapan
                                            Para raja-raja
Kemarahan dari diam telah mengoyak lenamu
                                     Pulasmu semalaman
karena dia datang dari gemuruh penantian
                                  Tahun demi tahun
kehamilan dari tubuhnya malahirkan marah
                                       yang membara
: Larilah nak sebelum dia marah dan lapar
Akan kuikuti jejak langkahmu sebelum
                      dia menerkam nafasku
kerena bapakmu telah dikunyah tadi malam
da nabilah kakakmu telah menyusul
pada penghabisan senja
masihkah dia marah dan garang dari tatapan
                                 matanya yang merah
kemudian muntahnya adalah sungai yang membara
: merapi, jangan murka sebelum aku melangkah
dari tanah tempat napsku dan nafas anakku
Karena disana masih nafas yang tertinggal
dari tubuh kaku yang berabu


                                                            Purwokerto 2001


                                PETAKA


Ketika kebebasan terkuak dipermukaan
Dari dalamnya laut   dan tangan terbelenggu
Maut mengintai dimana-mana
Tangan terbelenggu terbuka lebar-lebar
 Dan asap mesiu menjadi satu pernyataan
Maut merampas nyawa dari tubuh yang terkapar dalam keranda.

Sekilas senyum mengusap darah dalam demo dan tuntutan
Tri sakti lambang Almamater bersinar dipundaknya
Dalam membela penindasan dari cakar-cakar tirani
Karena kebenaran dilahap kezaliman
Ada tangan-tangan putih membawa panji-panji kebebasan hati nurani
Dalam kegelapan asap mesiu

Kemudian tubuh terkapar untuk yang ketiga
Dibawah mentari yang telah hlang
Dia coba bangkit kembali
Tapi senja telah terkoyak-koyak

                                                                                 Jakarta, 1998

                        JALUR GAZA

(Memori Perjalanan yang melelahkan di Palestina)


Di jalur Gaza tubuh terbaring kaku
Tanah gersang pejuang hamas bersimbah darah
Pengungsi menguak Taktir
Melangkah dalam debu dan mesiu
Satu terkapar
Dua terkapar
Empat terkapar
Dalam perang yang tidak adil
Untuk sebuah kemerdekaan yang dirampas Zionis
Ketika aku berpaling tangan-tangan yang berlumuran darah

Tertanam dipuing-puing pertempuran
Dalam keheningan malam yang berkabung
Dari jalur Gaza aku menuju hebron

                               Hebron, 1990



       JANGAN SEBUT NAMAKU LAGI

Hari-hari terakhir masih kita jalani
Dalam pelayaran bersama bintang yang masih bersinar
Masih panas bekas pelukan ditengah padang tandus yang gersang

Kau pergi bersama cinta yang sirna
Dalam sinar yang membara
Berpaling dari pernyataan dan kenyataan
Tentang janji diawal perjalanan
Jangan sebut namaku lagi
Hingga mentari hilang dalam kabut yang berkepanjangan

Karena cinta telah berkeping sebelum sampai ditapal batas
Hilang bersama samudra yang kekeringan
Ada penantian diantara puing-puing hati yang telah berserakan

Jangan panggil namaku lai
Bila mentari kembali bersinar


Makassar, 2001




                 SUATU SORE DI CIAMIS
                              Buat Nike dipembaringan abadi

Melangkah pada penghabisan senja
Dalam pembaringan yang abadi dan sendu
Dimuka makam secerah sinar dalam gambar yang terpajang diam

Wajahmu sirna tertelan waktu dimusim yang berganti
Ketika cinta hadir dipermukaan dan hilang dalam tragedi
Kuntum melati berguguran
Baringlah dengan damai Nike karena Tuhan disisimu


                                                  Tasikmalaya,   2000


             N A F A S
(Kisah Orang-Orang Gusuran)

Meratapi sekujur tubuhnya
Yang terhempas dalam kegelapan malam yang mencekam

Masih tersisa derita dari gemerlap kota yang berpesta
Tatapan kosong dan langkah sayu
Diatas jalan tanpa ujung pada lorong-lorong yang penuh luka

Karena bulan berkabung diatasnya
Dengan nafas yang tersisa mengais kehidupan
Tangis mengoyak perjalanan malam
Di kali Ciliwung yang kekeringan
Diterpa haus dalam kebingungan menghirup keringatnya sendiri
Orang-orang gusuran berdiam diri pada langkah yang penghabisan

Tuhan yang segala-galanya, jangan cabut nyawaku
Sebelum anakku bangun dari perut yang lapar
Aku balik kekolong jembatan untuk yang terakhir
Sudah itu diam kaku dan beku

                                                                                Bintaro,1999





             MALAM INI MASIH ADA PESTA
          (Memori buat sahabatku Arnold Awi di Abepura)


Tertanam rindu yang sangat dalam
Untuk berlayar ketanah Sorgawi
Begitu hari beranjak malam
Langkahmu pasti disatu arah
Tempat berlabuh sepenggal hati hingga fajar
Jayapura dalam kenangan dikeheningan
Dalam ruang-ruang cinta
Kau genggam matahari bersama pesta tak bertepi
Bersama tawa anggur merah
Diluar canda kotamu beku tanpa bulan tanpa bintang

Menyatu pada pesta diruang-ruang hitam
Tertawa tanpa duka tanpa beban tanpa dosa
Terpahat kata dalam hati
Hari ini adalah hari penantian
Menuju pintu-pintu yang terkunci
Dan tertutup rapat-rapat
Karena Tuhan tidak membuka lagi.

                                               Jayapura,       1997







 KETIKA PARA IBLIS TERBELENGGU
               Mozaik Ramadhan

Dilangit ketujuh Tuhan murka pada iblis
Lalu Iblis pun menghindar
Tuhan berpaling kepada malaikat-malaikat
Tangan Tuhan menunjuk-nunjuk dengan cahaya sinar kebesaranNya

Kepada malaikat penghuni sorga
Apakah engkau telah membelenggu para Iblis
Bulan ini kuturunkan kepadamu dan kepada manusia yang tertanam iman didadanya
Lalu Iblispun tertangkap dan terbelenggu dalam penjara Tuhan

Semuanya bersimpuh dihadapan Tuhan
Kemudian Tuhan membuka pintu pertobatan
Dari Sidratul Muntaha Dia berkata :
Hai anak Adam yang tertanam Iman didadanya yang penuh cahaya keberkahan
Bersihkan tubuhmu dari segala noda duniawi
Inilah bulan yang bertabur bintang dari seribu bulan
Bulan penebus dosa dan pembawa hari-hari kemenangan
Marhaban ya Ramadhan
Hai anak manusia dari bani Adam yang didadanya tertanam Iman

Hentikan persekutuanmu dengan Iblis yang terpenjara
Apakah engkau tidak melihat kaum yang terkutuk
Adalah tatkala bani Israil berpesta dihadapan berhala dari perjalanan panjang yang melelahkan

Dan Musa berdiam diri dibukit Sinai
Lalu turun Firman kepadanya ketika itu Musa menatap kaumnya yang terkutuk oleh dosanya
Bani Israil kaum yang terkutuk
Marhaban ya Ramadhan aku datang kepadamu.
div>
Makassar,        1969




KETIKA KAPAL MERAPAT

Kutatap Jeffman diterpa sinar
Menembus relung-relung dalamnya laut
Samudra tanah Papua
Papua tanah yang damai tanah kelahiran
Tanah kencana
Tanah permata
Manisku bukalah matamu
Tatap gunung belantara dan birunya laut
Dalam honai tempat kita berkaca
Dalam honai tempat kita bercanda                                                              
Dalam honai tempat kita bercinta
Manisnya lembah dan hutan belantara
Semanis bibirmu pada suatu senja
Tanah Papua tempat kita bernafas
Menjaring hidup sepanjang musim hingga tidur dipembaringan terakhir

Mari kita bakar batu untuk pesta perdamaian
Dan tanam busur untuk menggapai matahari
Karena hari esok adalah hari-hari kita
Kutitipberita untuk cintaku
Jemput aku dipelabuhan Sorong
Di dermaga pasti kita berpelukan
Bukankah esok kita berjanji
Dalam gereja Kristus raja


Sorong,      2001



L E G E N D A
Buat : Yon Koeswoyo Pembawa tembang Koes Plus


Tembangmu menghentakkan negerimu
Kau poles Nusantara dengan syair
Kau lukis padang belantara
Menjadi sepotong sorga dari Tuhan

Melegenda bersama-sama musim dan peristiwa
Berlayar dalam tragedi tanpa batas
Apakah masih bisa berpaling pada negeri yang dilanda badai prahara

Jangan berlayar dalam samudera yang kekering
Karena perahumu akan karam bersama matahari yang hilang ditepian

Buatkan tembang untuk kemelaratan
Buatkan tembang untuk kemiskinan
Karena nafasmu menyatu dengan nafas-nafas mereka
Yon, masih terbaca dalam ingatan
Pernah rezim menjebloskan dalam kamar gersang dalam jeruji yang terkunci

Karena menentang penguasa dan tirani
Pada dinding-dinding kusam lahir syairmu
Dalam kamar dan lorong waktu menunggu penantian yang takkunjung pasti
Untuk tembang dan kebebasan


Jakarta,       1966



                PADANG ILALANG
        (Mosaik kehidupan tanpa arah)


Aku berjalan ditengah padang
Mengejar bayang ditengah ilalang
Dalam kehidupan tanpa arah
Mencari belantara ditengah padang
Untuk impian dan kedamaian
Dalam maut yang akan menerkam
Aku berjalan ditengah padang
Mengejar maut yang akan menerkam
Terhempas dibelantara terbaring ditengah ilalang
Untuk bernafas ditapal batas
Dalam kehidupan yang punya arti



Makassar,       1986














Dokumentasi :
Drs. Muhammad Arman Yunus & Drs. bahtiar Suparman
pada acara syukuran di rumah, Jacob Marala
Sudiang Km. 17.5 Makassar